Bulumatamu Sebaris Ilalang yang Terbakar
di teluk matamu
dan malam seperti rindu
tanpa surut dan selimut.
Di pelabuhan Jayapura
malam taburkan cahaya
ombak seakan gantungan-gantungan lampu
berayun-ayun dimainkan bayu.
Perahu-perahu merapat
di dermaga. Seperti katakata gegap di dada
Di atas pantai kubangun rumah dan ranjang
bergoyang dalam gelombang pasang
dengan tonggak-tonggak swane
seperti cinta kutegakkan di kedalaman samudera
menumbuhkan butir-butir mutiara.
Setiap lautan adalah pertemuan.
kau hadirkan diri mu
Karya: Huda M Elmatsani
Karya: Huda M Elmatsani
Genggam jemariku
seikat pelangi ini untukmu
baru kupotong dari langit rumput kelabu
dengan sisa hujan
masih
menitik ke dalam kalbu.
Kenangan-kenangan kurangkum
dalam tiap helainya
kututup ujung baitnya dengan kuntum ungu.
Berikutnya, kau pun tahu
ku kagumi mentari
yang bergelayut manja
di lembut bulu matamu.
seikat pelangi ini untukmu
baru kupotong dari langit rumput kelabu
dengan sisa hujan
masih
menitik ke dalam kalbu.
Kenangan-kenangan kurangkum
dalam tiap helainya
kututup ujung baitnya dengan kuntum ungu.
Berikutnya, kau pun tahu
ku kagumi mentari
yang bergelayut manja
di lembut bulu matamu.
Lembaran Daun Bertanda Embun
Karya: Huda M Elmatsani
Katakan saja, pagi ini tak ada matahari menyapa dengan hangat pelukan, tak ada berkas sinar menggores dinding kamar. Dan kaca jendela, hanya bingkai kosong tanpa setangkai mawar.
Kuharap angin menari di selasar rumah. Menghibur rambutmu dengan hembus sejuk gunung. Menghapus mimpi buruk yang mungkin menggantung di bulumata. Angin, sampaikan salamku, rindu menggunung sampai puncaknya.
Barangkali di celah pintu ada derit tersisa. Kalimat yang tak dapat kucegah ketika kaubiarkan langkah melengang dalam kembara. Luas padang, merentas ilalang, menggagas setiap fatamorgana sebagai rangkaian doa. Pepohonan meranggas sebab daundaunnya kukirimkan padamu.
Puisi ini untukmu, Adinda. Kalimat pengganti tiap jeda percakapan. Lembaran daun bertanda embun, kecup yang kutitipkan. Ketika mulut tak mampu menerjemahkan dada, pada dekap tiada.
2011Di Indah Matamu Aku Menangis
Karya: Huda M Elmatsani
Tenggelam di indah matamu. Aku menangis
seperti tak percaya pada gerimis yang kaugenggam di tanganmu
yang kauusapkan di wajahku.
Tatap mataku terbunuh. Kelopakkelopak seroja yang luruh
merias genangan telaga dengan kerling airmata.
Memandang senyummu yang ikhlas. Aku menangis
seribu merpati kepakkan kedamaian di bibirmu
yang kaukecupkan di dadaku.
Magma jantungku gemuruh. Lava meleleh jatuh
menggoreskan nyala di lengang mataku.
2011
seperti tak percaya pada gerimis yang kaugenggam di tanganmu
yang kauusapkan di wajahku.
Tatap mataku terbunuh. Kelopakkelopak seroja yang luruh
merias genangan telaga dengan kerling airmata.
Memandang senyummu yang ikhlas. Aku menangis
seribu merpati kepakkan kedamaian di bibirmu
yang kaukecupkan di dadaku.
Magma jantungku gemuruh. Lava meleleh jatuh
menggoreskan nyala di lengang mataku.
2011
Bulan Tenggelam di Pelabuhan Jayapura
Karya: Huda M Elmatsani
Kau tenggelamkan rembulandi teluk matamu
dan malam seperti rindu
tanpa surut dan selimut.
Di pelabuhan Jayapura
malam taburkan cahaya
ombak seakan gantungan-gantungan lampu
berayun-ayun dimainkan bayu.
Perahu-perahu merapat
di dermaga. Seperti katakata gegap di dada
Di atas pantai kubangun rumah dan ranjang
bergoyang dalam gelombang pasang
dengan tonggak-tonggak swane
seperti cinta kutegakkan di kedalaman samudera
menumbuhkan butir-butir mutiara.
Setiap lautan adalah pertemuan.
kau belahan jiwa ku
di saat aku perlukankau
hulurkan tangan mu
ketika aku jatuh
terkulaikau tunjuk arah ku,
ketika aku tersesat jalan..
kau terangi langkah ku ketika aku kegelapan.
.diri mu belahan jiwa ku..